Beberin.com, Kota Depok — Kendati belum digelarnya pesta demokrasi pemilihan presiden dan legislatif, pengamat politik Ubaidillah Badrun menyebutkan akan ada fenomena politik yang menarik di Kota Depok tentang pemilihan kepala daerah atau Pilkada.
Hal tersebut, kontestasi lima tahunan itu akan lebih menarik jika yang maju adalah sosok perempuan. Keterwakilan kaum hawa itu mampu mengedukasi generasi muda dalam hal perpolitikan.
“Jika muncul calon wali kota perempuan di Depok itu fenomena politik menarik, karena secara kultur politik akan memberi edukasi politik baru untuk generasi muda Depok yang selama ini politik Depok masih didominasi laki-laki,” ujar Ubaidillah, Jum’at (16/6/2023), di Depok.
Ia juga menyebutkan, bahwa dengan alasan beberapa wanita yang berhasil menjadi kepala daerah. Menurutnya, selain faktor popularitas, jiwa kepemimpinan atau leadership pasti dimiliki bagi mereka yang menang di pilkada.
“Jadi, secara umum dapat memenangkan kontestasi elektoral jika yang bersangkutan memiliki modal sosial (social capital) yang kuat dan memiliki kapasitas untuk memimpin,” ucap Ubaidillah.
Dijelaskannya, bahwa meskipun perempuan Indonesia telah mengalami kemajuan dalam hal partisipasi politik, namun angka keterwakilan perempuan dalam kepemimpinan daerah masih rendah. Penyebabnya tidak terlepas dari dukungan partai politik.
Hal tersebut, dikarenakan pandangan patriarki yang masih mengakar kuat dikalangan partai politik Indonesia. Padahal, terkadang perempuan yang lebih baik kinerjanya sebagai pemimpin daerah
“Perempuan masih ditempatkan sebagai subordinat dari laki-laki. Padahal secara kualitas bisa jadi perempuan yang memimpin bisa lebih berhasil dibanding laki-laki untuk level kepala daerah,” jelas Ubaidillah.
Menurutnya, bahwa bisa ditangani jika pandangan partai politik berubah terhadap perempuan. Terlebih, memiliki elektabilitas yang tinggi dan kemampuan leadership yang kuat.
“Jika cara pandang parpol berubah dan melihat calon perempuan terlihat lebih unggul, saya kira partai politik bisa berubah pikiran sehingga akan mendukung calon perempuan,” tutur Ubaidillah.
Ubaidillah menambahkan, namun dengan semakin banyaknya keterwakilan perempuan dalam kursi palemen, peluang perempuan dalam menduduki kursi kepala daerah semakin terbuka.
“Jadi, di dalam UU Pilkada juga tidak dilarang perempuan sebagai pemimpin. Bahkan bisa menjadi energi positif baru untuk masa depan Kota Depok,” pungkasnya.
Sementara di Kota Depok, beberapa nama bisa disebut memiliki peluang menjadi calon kepala daerah, baik wali maupun wakilnya. Mereka adalah Qonita Lutfiyah, Yeti Wulandari dan pendatang baru Dian Nurfarida.
Meski Qonita dan Yeti telah lebih dulu menjajaki dunia politik, namun tidak menjamin akan selalu berjalan mulus sesuai dengan keinginan. “Dian bisa saja bermanuver di ‘tikungan terkahir’ dan jadi pemenang untuk dapat tiket menuju pilkada,” ucap Ubaidillah.
Ubaidillah menilai, bahwa secara kendaraan politik, ketiganya dianggap mumpuni untuk menjajaki langkah mengikuti pilkada. Namun, jika dilihat rekam jejak tentu PKS lebih diunggulkan jika menempatkan Dian Nurfarida sebagai bakal calon wali kota.
“Artinya, semua masih tetap harus dilihat dari hasil pileg 14 Februari mendatang. Jadi, dari hasil pada pileg menjadi penerang tentang kemana arah peta politik kedepannya. Jadi, saya kira bagus jika PKS berani mencalonkan Dian Nurfarida. Itu bisa jadi terobosan politik untuk memberi warna baru politik di Depok.” tandasnya.
SAID
Leave a Reply