Beberin.com, Kota Depok — Sesuai program prioritas pemerintah, dengan target nasional pada tahun 2024, prevalensi stunting turun hingga 14%. Pemerintah terus bekerja keras untuk mengatasinya. Karena, stunting merupakan masalah global yang serius, khususnya di Kota Depok.
“Namun di awal pelaksanaannya, dengan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) atau Program PMT untuk mengatasi stunting ada sejumlah kelemahan. Jadi, dari kelemahan yang terjadi di awal program PMT itu, sudah kami catat dan selanjutnya kami perbaiki,” ujar Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Depok,
Mary Liziawati, Rabu (15/11/2023), di kantor PWI Kota Depok, Jawa Barat.
Dijelaskannya, bahwa program PMT untuk mengatasi stunting di Kota Depok, berlangsung selama 28 hari. Yakni, mulai tanggal 10 November hingga tanggal 8 Desember 2023. Namun, untuk mempercepat program PMT penurunan stunting tahun 2023, itu dilaksanakan serentak di 11 kecamatan. Sekitar 250 ribu anak yang terdeteksi stunting menjadi target dalam program PMT.
“Jadi disaat awal pelaksanaan, ada sejumlah wilayah yang menu PMT tidak sesuai. Ditambah lagi keluarga yang anaknya memperoleh PMT belum memahami tahapan program PMT tersebut,” jelas Mary.
Menurutnya, bahwa program PMT berbasis pangan lokal, merupakan makanan tambahan pangan lokal yang diberikan untuk meningkatkan status gizi pada sasaran. Kemudian, program PMT Lokal yang dilaksanakan di Kota Depok, terdiri dari kudapan (6 hari/pekan). Yakni, kudapan yakni makanan yang bukan merupakan menu.utama.
“Artinya, kudapan dikonsumsi di antara waktu makan utama yang dapat membantu memenuhi kecukupan kebutuhan harian,” tutur Mary.
Dipaparkannya, bahwa pada tahap selanjutnya pembagian makanan lengkap (1 hari / pekan) adalah menu makanan lengkap bergizi seimbang sekali makan, terdiri dari makanan pokok, lauk pauk hewani dan nabati, sayuran dan buah, disertai dengan konsumsi air yang cukup. Sedangkan, dari sejumlah kekurangan yang terjadi segera diatasi dengan mengerahkan pengawas ke katering yang membuat kudapan.
“Hal tersebut, maka dilakukan edukasi kepada warga juga dilakukan antara lain tentang kandungan kudapan yang lebih dominan protein, dan cita rasa kudapan yang memang tawar. Jadi, ada warga yang sudah paham dan meminta resepnya. Kami pun terbuka untuk memberinya karena diharapkan setelah program ini berakhir tumbuh kesadaran dan kemandirian warga membuat makanan tambahan yang benar,” papar Mary.
Disebutkannya, bahwa sasaran dari program PMT lokal ini, yakni balita gizi kurang, yaitu balita (6-59 bulan) dengan indeks BB/PB atau BB/TB z-score -3 SD sampai dengan <-2 SD.
“Selanjutnya, balita berat badan kurang dan sangat kurang (BB/U) z-score <-2 SD. Balita gizi kurang yang juga mengalami stunting, diberikan PMT Lokal untuk menangani keadaan gizi kurangnya, hingga balita dengan berat badan tidak naik,” ucap Mary.
Mary menambahkan, bahwa maksud dengan digulirkannya PMT lokal adalah mendorong kemandirian pangan dan gizi keluarga secara berkelanjutan.
Kemudian, keragaman bahan pangan lokal, menjadi sumber pangan yang dapat dimanfaatkan untuk penyediaan pangan keluarga, termasuk untuk perbaikan gizi balita.
“Pada intinya, tujuan PMT lokal yakni agar meningkatkan status gizi balita melalui pemberian makanan tambahan berbasis pangan lokal sesuai dengan standar yang telah ditetapkan,” pungkasnya.
SAID
Leave a Reply