Beberin.com, Jakarta – Sosialisasi BPA Free pada kemasan guna isi ulang gencar dilakukan pemerintah ke masyarakat. Walau ada pro dan kontra dari pengusaha dan aktivitis lingkungan hidup karena alasan dampak sampah yang ditimbulkan akibat produksi kemasan sekali pakai terhadap lingkungan tapi Regulasi yang mengatur Lebelling BPA Free ini tetap disorong BPOM untuk disahkan oleh Pemerintah.
Dalam acara Media Gathering dengan tema BPA Labelling dan Ancaman B3 dalam Kemasan Pangan yang diadakan oleh Net Zero Waste Management Consortium bekerjasama dengan Koalisi Pejalan Kaki dan Jejak Sampah serta menghadirkan narasumber Yeni Restiani selalu Koordinator Subtansi Standarisasi Bahan Baku – BPOM dan Dr. Budiawan dari Pusat Kajian Resiko Lingkungan – UI yang diadakan di Bakoel Kopi Cikini Jakarta Pusat, Selasa (18/10).
Kita tau bahwa Wahana Lingkungan Hidup Indonesia memprotes produsen air minum dalam kemasan (AMDK) galon sekali pakai, karena dinilai akan menciptakan sampah baru bagi lingkungan.
Menanggapi hal tersebut Pendiri Net Zero Waste Management Consortium, Ahmad Safrudin atau yang biasa disapa mas Puput menjelaskan bahwa apapun bentuknya bahan berbahaya apapun bentuknya jangan dimasukan ke kemasan pangan. Jadi posisi kita jelas kita akan lawan apapun juga, kita akan melawan korporasi korporasi yang memproduksi dan memasarkan produk produk yang berpotensi meracuni kita semua.
Ditanya terkait masih sedikitnya jurnal yang menulis terkait bahaya BPA ini Dr. Budiawan menjelaskan bahwa sebanarnya jurnal sudah banyak tetapi di Indonesia peneliti-peneliti yang konsentrasi untuk meneliti pembuktian hal seperti itu kita masih lemah, artinya belum ada kita bicara kalo efek jangka panjangnya itu korelasinya secara langsung dengan apa yang terjadi dengan peristiwa sekarang itu katakan bermigrasinya itu, itulah masih lemah.
“Kalo penelitian kami sudah mulai tapi saya lihat yang konsen terhadap penelitian ini saya lihat masih terbatas,” terang Dr. Budiawan dari Pusat Kajian Resiko Lingkungan Hidup Universitas Indonesia.
Menjawab pertanyaan wartawan terkait ditemukannya kandungan mikroplastik pada galon sekali pakai berbahan plastik PET, Koordinator Subtansi Standarisasi Bahan Baku – BPOM, Yeni Restiani mengatakan ” ini nanti mungkin, kami sudah melakukan kajian juga untuk yang mikroplastik yang beberapa waktu lalu sudah melakukan pengkajian”.
Untuk Polyethilene Terephthalate atau di singkat PET dia mengatakan “itu akan menjadi kajian kita BPOM kedepannya karena tidak mungkin satu waktu itu kita mengkaji semua. Karena mengkaji BPA dari kemasan fisik pun sudah memakan waktu yang lama dari tahun 2021 sampai hari ini. Untuk kandungan PET itu sendiri kami juga sudah membahas saat berdikusi juga dengan para pimpinan di BPOM. Jadi ini akan menjadi salah satu topik yang kami kaji juga, karena kami menyadari juga bahwa ada beberapa masukan terkait Etilen Glikol pada kemasan PET. Namun kenapa BPA yang menjadi prioritas, kajian EFSA sudah menurunkan nilai Tolerance Daily Impack (TDI) dan penurunan ini sudah ada 1000 kali lebih kecil dari yang TDI di tahun 2015. Itu yang menjadi konsen kami kenapa BPA ini di turunkan sampai sebegitu rendahnya, karena ada konsen kesehatan ada resiko terhadap kesehatan yang bisa ditimbulkan dari paparan BPA yang masuk kedalam tubuh kita.
(Edison)
Leave a Reply