Beberin.com, Jakarta, – Penggemar cerita fabel modern akan segera dimanjakan dengan kabar gembira! Setelah kesuksesan novel The Wild Robot karya Peter Brown di dunia literatur, adaptasi film dari buku terlaris nomor satu di New York Times telah resmi diumumkan. Mengusung tema kekuatan kasih sayang, alam, dan dukungan sosok yang berperan seperti orang tua serta lingkungan sekitar, adaptasi ini akan membawa pesan emosional dan visual yang luar biasa ke layar lebar.
Film animasi terbaru DreamWorks ini meng-highlight petualangan epik yang mengikuti perjalanan sebuah robot ROZZUM unit 7134, disingkat “Roz” (Lupita Nyong’o) yang terdampar di sebuah pulau tak berpenghuni dan harus belajar beradaptasi dengan lingkungan yang keras dan berbeda dari tempat ia diciptakan. Secara perlahan Roz mulai dapat membangun hubungan dengan hewan-hewan di pulau tersebut dan bersahabat dengan seekor rubah bernama Fink (Pedro Pascal) juga menjadi sosok seperti orang tua dari seekor angsa yatim piatu bernama Brightbill (Kit Connor).
Perjalanan Roz bukan hanya untuk bertahan hidup, tetapi juga untuk menemukan jati diri dan hubungan tak terduga dengan satwa liar di pulau tersebut, termasuk seekor angsa yatim piatu yang ia pelihara seperti anaknya sendiri. Film ini memberikan pelajaran yang tak ternilai–menekankan pentingnya kebersamaan dan nilai kebaikan dalam kesulitan, ketahanan yang diperlukan untuk beradaptasi, seluk-beluk menjadi orang tua, navigasi emosional dari kehilangan, dan hubungan antara alam dan teknologi. The Wild Robot merayakan struktur keluarga yang beragam, menggarisbawahi keindahan penerimaan dan rasa memiliki, serta menawarkan refleksi mendalam tentang apa artinya hidup.
Pemenang piala Oscar, Lupita Nyong’o – yang berperan sebagai Roz, projek ini menandai sebuah pencapaian besar dalam perjalanan kariernya. “Bekerja dengan DreamWorks merupakan sebuah mimpi, dan saya mengatakannya dengan bangga hati. Ketika saya memulai proses film ini, saya sangat antusias. Ada banyak keyakinan yang harus ditanamkan dalam proyek seperti ini, dan tentunya banyak kesungguhan. Awalnya, menemukan suara Roz merupakan sebuah perjalanan yang cukup panjang. Semuanya dimulai dengan perdebatan tentang peran emosi pada robot. Roz, sebagai sebuah robot, harus belajar bagaimana mengakses spontanitas emosi, yang tidak muncul secara alami pada sebuah entitas yang sudah diprogram. So it’s been fun and challenging for me,” ujar Lupita.
The Wild Robot menonjol sebagai bukti keahlian dan inovasi dalam sebuah film animasi. memadukan teknik tradisional dengan seni mutakhir, sehingga menghasilkan pengalaman sinematik yang memukau dan mengharukan. Setiap frame The Wild Robot dibuat dengan cermat, menampilkan perpaduan unik antara gaya pelukis dan kecakapan teknologi yang membuatnya berbeda dalam lanskap animasi.
Chris Sanders, Penulis & Sutradara The Wild Robot menyampaikan, “Saya terpesona oleh kedalaman dan nuansa dari buku The Wild Robot ini dan langsung membayangkan potensi sinematik dari cerita ini. Yang paling menarik perhatian saya dari buku ini adalah kedalaman emosionalnya yang sederhana namun sangat dalam. Saya terhubung dengan kepolosan dan kesungguhannya. Saya tertarik pada cerita dengan emosional yang kuat. Meskipun saya menghargai cerita petualangan yang besar, namun momen-momen yang lebih tenang dan lebih intim-lah yang benar-benar beresonansi. Ini adalah elemen-elemen yang saya utamakan sebagai pembuat film, dan saya pikir The Wild Robot mencontohkannya dengan indah”, ujar Sanders.
Pada awal film, Roz adalah robot yang tidak berperasaan. Brightbill mengajarinya tentang kebaikan dan cinta, serta pada akhirnya, hubungan ibu dan anak antara mereka terus tumbuh lebih kuat seiring berjalannya cerita. Hubungan mereka yang terus berkembang tidak hanya membawa kehangatan dalam cerita, tetapi juga menekankan kekuatan empati dan pengertian dalam mengatasi tantangan. Sehingga cinta dan kebaikan yang dipelajari Roz pada akhirnya membantu mereka berdua untuk saling membantu sebagai support system yang kuat”, Kitt Connor – yang berperan sebagai “Brightbill” menambahkan.
Ini merupakan film animasi pertama Pedro Pascal dan ia menyampaikan, “Ini adalah pertama kali saya menjadi pengisi suara dari film DreamWorks Animation, it was incredibly fun yet challenging. Saya selalu memiliki gambaran tentang jumlah pekerjaan yang terlibat dalam pengalaman seperti itu, tetapi saya selalu terpesona oleh aspek teknis, kreatif dan fisik dari semuanya. Ada banyak sekali pengambilan suara yang terlibat, dan saya tidak dapat melakukannya tanpa Chris Sanders dan semua orang di balik layar yang berkontribusi dan mendukung saya dengan hati yang tulus, memberikan semangat dan usaha untuk saya dapat menghidupkan karakter seperti Fink melalui suara”, ujar Pedro Pascal – sebagai ”Fink” menambahkan.
Julius Daniel Suhakri, Head of Marketing Universal Pictures Indonesia, menyimpulkan “Selain keindahan visual dan cerita petualangan, film ini juga akan menyuguhkan pesan moral yang mendalam tentang kekuatan seorang ibu dan pentingnya dukungan dari support system di sekitarnya. Film ini mengingatkan kita bahwa keluarga tidak selalu tentang hubungan darah, tetapi tentang bagaimana cinta dan dukungan diberikan dengan tulus. Roz, yang tidak memiliki naluri atau perasaan layaknya manusia pada awalnya, tumbuh menjadi sosok yang penuh kasih karena ikatan dengan Brightbill dan hewan-hewan lain di pulau tersebut. Ini memperlihatkan bahwa rasa cinta dan kebersamaan dapat ditemukan di mana saja, bahkan dalam situasi yang paling tidak terduga sekalipun.
(Hafiz mabrur)
Leave a Reply