Amrul Haqq: Gus Dur Adalah Bukti Eksistensi Santri Dalam Dunia Politik

Amrul Haqq Mahasiswa FISIP Universitas Jakarta, Founder GelatikPolitik.com

Beberin.com, Jakarta – Skripsi dengan judul ‘GUS DUR DAN POLITIK INDONESIA PASCAREFORMASI (1999-2001)’ yang ditulis oleh mahasiswa FISIP Universitas Jakarta, Amrul Haqq, lulus dengan nilai memuaskan. Ketua BEM FISIP Unija periode 2020-2021 ini menulis skripsi tersebut sebanyak 250 halaman.

“Saya menulis tentang Gus Dur bukan tanpa alasan, Gus Dur bukan hanya seorang santri, budayawan, penulis, politisi, guru bangsa bahkan presiden. Bagi saya dan mungkin bagi Bangsa Indonesia, Gus Dur adalah inspirasi.” ujarnya kepada media, Senin (23/08/21).

Sidang skripsi yang dilaksanakan secara daring ini digelar langsung dari Hotel DoubleTree by Hilton Jakarta. Amrul menuturkan alasannya mengapa menulis skripsi tentang Gus Dur dan sebanyak 250 halaman itu.

“Membaca Gus Dur adalah membaca pikiran, gagasan, sikap dan juga suri tauladannya baik yang terlihat maupun yang tersembunyi, dimensi spiritual Gus Dur yang sudah lebih tinggi dari kita adalah sebuah tantangan untuk menafsirkan segala tindakan dan ucapannya,” ujarnya.

“Mencatat Gus Dur sejatinya tidak cukup hanya dengan berlembar-lembar kertas, tulisan saya hanya secuil dari kisah perjalanan politik Gus Dur, sisanya biarkan tercatat dalam ingatan sejarah” tambahnya.

Tulisan ini kita jadikan refleksi atas perjuangan santri dalam kancah politik Indonesia khusunya pada era pascareformasi, dalam hal ini adalah perjuangan politik Gus Dur ketika Beliau menjadi Presiden RI (1999-2001).

“Saya mulai menulis skripsi ini tepat pada 22 Oktober 2020, dimana pada hari itu adalah peringatan Hari Santri Nasional, selain latar belakang saya yang juga santri, ini sekaligus sebagai pembuktian bahwa eksistensi santri dalam dunia politik memang nyata dan salah satunya adalah kiprah Gus Dur yang harus kita kenang,” ujarnya.

Founder GelitikPolitik.com ini mengajak kepada millenial untuk bersama meneladani tauladan, sikap dan tindakan Gus Dur terutama bagaimana Gus Dur membela minoritas, karena kita hidup dalam sebuah bangsa yang majemuk dan meniscayakan ruh-ruh toleransi dalam kehidupan bermasyarakat.

“Saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu suksesnya skripsi saya tentang Gus Dur ini baik secara langsung maupun tidak langsung, terutama Ibu Yenny Wahid dan Kepala Perpustakaan PBNU juga Deputi Bidang Penguatan Inovasi Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional RI,” pungkasnya.

(Red)